Some Theories about How The Conflict Appears
Oleh: Dwi Rezki Fauziah
Sepertinya wawancara ekslusif seorang moderator dengan Tuan Konflik belum bisa memahamkan kita lebih dalam tentang penyebab konflik itu sendiri. Untuk itu, saya di sini akan coba menjabarkannya (lagi), berdasarkan teori-teori yang ada. Haha. Sebenarnya Itu bukan keinginan saya, Teman-Teman.
Oleh: Siti Hardianti Darma Pertiwi
Sepulang dari outdoor class kemarin, kita diberikan misi perdamaian. Setelah menganalisis potensi diri dari masing-masing guardian, kita merumuskan kira-kira apa yang bisa kita lakukan terkait perdamaian dengan memanfaatkan potensi diri itu. Ternyata, ada teorinya, ada metodenya.
Oleh: Mudrikah
Kelas PLC kali ini dimulai dengan bercerita tentang film yang mewakili makna cinta, sontak yang terfikirkan adalah film Bollywood yaitu Kabhi Kushi Kabhi Gham. Film ini banyak bercerita tentang cinta bagaiman cinya bisa menguatkan juga bisa menghancurkan, karena cinta sepasang muda mudi menyatu, karena cinta sebuah keluarga menjadi hancur. Dalam sebuah hubungan cinta itu harus.....
Mozaik-Mozaik Cinta dan Perdamaian
Oleh: Dwi Rezki Fauziah
Wah. Dahulu, saya antusias sekali jika berbicara tentang cinta. Baik itu berteori, ataupun membahas empirisnya yang ada di sekitar saya. Misalnya saja, mengapa perempuan lebih mudah tersakiti (cinta) daripada laki-laki? Atau, mengapa sampai ada orang bunuh diri karena putus (cinta)? Atau, sebenarnya apa sih yang terjadi pada seseorang yang sedang jatuh cinta?
Oleh: Siti Hardianti Darma Pertiwi
Mendefinisikan cinta memang tidak mudah. Apa itu cinta? apakah peduli? rela berkorban? saling menerima? menghargai? Lalu mengapa harus ada kata cinta jika bisa dibahasakan oleh kata lain? atau apa yang mengindikatorinya sehingga bisa disebut cinta? Kapan kita dikatakan mencintai?Ketika kita merindu. Iya, rindu adalah indikatornya. Dalam setiap hal yang mengatasnamakan cinta, adakah yang...
Oleh: Siti Hardianti Darma Pertiwi
Sesi PLC kali ini yang dibawakan oleh Kak Therry dibuka dengan membahas filsafat. Materi ini berhasil membangunkan memori masa lalu saya saat menjalani hidup selama 4 tahun di lembaga internal kampus. Hampir tiap saat kami membahas filsafat ilmu yang diaplikasikan pada Budaya Ilmiah : membaca, menulis, berdiskusi. Pada saat itu kesadaran saya akan budaya ilmiah tidak sebesar saat ini. Jadi mungkin saya melaluinya tanpa menjiwainya. Namun saya bersyukur, karena saya hari ini adalah saya di masa lalu, saat ini saya sadar...
Mungkinkah Melakukan Perubahan Sosial Tanpa Kekerasan?
Oleh: Dwi Rezki Fauziah
Pertanyaan inilah yang menjadi topik di awal PLC #17 kemarin tentang The Spirit of Non-Violence. Dan mendengarnya, I really have no idea. Pikiran saya malah melayang-layang ke masa SD-SMP, kepada cerita-cerita guru saya tentang perbedaan anak sekolah pada masanya dan pada masa saya ketika diceritakan.
Oleh: Dian Aditya Ning Lestari
Who are you? Siapa dirimu? Banyak orang mencari jati dirinya hingga sekarang. 1000 organisasi, kamu ikuti. Namun siapa dirimu? Perjalanan menuju kesempurnaan ternyata sangat jauh. Kesepian, siapa orang-orang ini, mengapa mereka tidak memahamiku lagi? Aku berkembang, tanpa komunitasku, begitu kami kembali, mereka berkata, kenapa kamu jadi begini?
What It Takes To Be Different?
Oleh: Khintan
Buku Jonathan Seagull itu adalah sebuah alegori. Berdasarkan hasil googling, saya menemukan bahwa alegori adalah sebuah majas yang menyatakan sesuatu dengan ungkapan atau kiasan. Judul bukunya itu Jonathan Livingston Seagull. Isi buku tersebut diceritakan oleh seorang narasumber tamu di Peace and Leadership Class (PLC) yang beberapa waktu terakhir ini saya ikuti. Namanya, Kak Vasilisa. Nah, mungkin teman-teman pernah mendengar atau membaca.....