Hi, semuanyaaaa! It’s been a while~
Ditulisan kali ini saya ingin bercerita soal buku, seperti biasa. Cuman bedanya, buku ini belum pernah saya baca.
Buku Jonathan Seagull itu adalah sebuah alegori. Berdasarkan hasil googling, saya menemukan bahwa alegori adalah sebuah majas yang menyatakan sesuatu dengan ungkapan atau kiasan.
Judul bukunya itu Jonathan Livingston Seagull. Isi buku tersebut diceritakan oleh seorang narasumber tamu di Peace and Leadership Class (PLC) yang beberapa waktu terakhir ini saya ikuti. Namanya, Kak Vasilisa.
Nah, mungkin teman-teman pernah mendengar atau membaca Allegory of The Cave by Plato yang membuat perumpamaan tentang pikiran manusia bagai orang-orang yang hidup di dalam gua (?) Jika pernah, Allegory of Jonathan Seagull ini juga mirip-mirip lah karena pakai perumpamaan. Hanya saja, perumpamaan dan ceritanya tentu jauh berbeda, ya.
Jadi, Jonathan Seagull adalah seekor burung camar yang sangat berbeda dari burung camar lain di komunitasnya. Jonathan suka sekali terbang.
Oleh karena itu, ia ingin belajar teknik-teknik terbang. Berbagai macam cara ia lakukan agar bisa menguasai terbang dengan kecepatan yang sangat tinggi. Sedangkan camar-camar lain tidak ingin bersusah-susah belajar terbang. Hal yang mereka pedulikan hanyalah terbang biasa, mencari ikan, dan makan.
Keinginan Jonathan untuk bisa terbang tinggi dengan sangat cepat menemui banyak sekali pertentangan. Mulai dari sayap terluka akibat salah teknik terbang, orang tuanya yang merasa resah kok Jonathan tidak seperti anak camar lainnya, disidang oleh para tetua camar di komunitasnya, hingga diusir dari koloni tersebut.
Singkat cerita, Jonathan menemukan komunitas camar yang memiliki visi sama dengan dia. Mereka terus belajar untuk menemukan teknik terbang tinggi dengan sangat cepat. Lalu, Jonathan bertemu Guru Chiang. Dari Chiang, ia akhirnya menemukan teknik terbang yang selama ini dia inginkan. Dari Chiang pula ia belajar kecepatan berpikir dan kesempurnaan cinta.
Setelah mengajarkan semua itu kepada Jonathan, Chiang pun menghilang. Jonathan memutuskan kembali ke komunitasnya. Ketika kembali, ia masih tak diterima oleh koloni tersebut. Akhirnya, ia memutuskan tinggal sendiri di sekitaran wilayah koloni itu.
Dalam kesendiriannya, Jonathan tidak pernah berhenti mengasah kemampuan terbang yang ia miliki. Sampai suatu ketika, ada satu camar muda bernama Fletcher yang melihat Jonathan terbang.
Ia terkesan dengan Jonathan. Ia juga ingin belajar terbang. Sama seperti Jonathan, Fletcher juga dianggap aneh oleh komunitas tersebut. Bedanya, Fletcher belum sampai pada tahap disidang dan diusir.
Dengan penuh kemarahan akibat dianggap aneh, Fletcher meminta agar Jonathan mengajarkannya teknik terbang. Fletcher ingin membuktikan kepada camar lain bahwa hidup tidak hanya soal terbang biasa, mencari ikan, dan makan. Ada hal lebih besar dari itu yang bahkan bisa membantu komunitas mendapatkan ikan yang lebih berkualitas.
Jonathan bersedia mengajari Fletcher tebang jika ia bersepakat kembali ke komunitas untuk mengajak lebih banyak burung camar belajar terbang. Setelah itu, mereka pun menjadi guru dan murid. Lama kelamaan, camar-camar muda lainnya ikut bergabung bersama mereka.
Setelah mengajarkan kecepatan berpikir dan kesempurnaan cinta pada Fletcher, Jonathan menghilang. Ia percaya pada Fletcher dan memberinya tugas untuk mengajak dan mengajarkan kawanan mereka di komunitas tentang nikmatnya terbang tinggi dan cepat.
Sekilas begitulah cerita dari alegori ini. Di PLC tersebut, para peserta, termasuk saya, merefleksikan perjalanan hidup yang pernah dilewati berdasarkan kisah Jonathan tadi.
Ada banyak kisah menarik yang saya dengar. Hal yang paling saya ingat adalah rerata kami memang berbeda dari orang-orang di sekeliling. Beberapa peserta berjuang di lingkungannya karena punya nilai atau ideologi yang berbeda.
Sebagaimana cerita Jonathan, menjadi berbeda-dari camar lain yang ada di komunitas-adalah awal mula dari permasalahan yang kemudian datang silih berganti.
So, what it takes to be different?
Dari cerita-cerita yang saya dengarkan itu, menjadi berbeda sangat tidak mudah. Ada banyak pertentangan di sana, sama halnya seperti Jonathan. Mulai dari mempertanyakan keputusan diri sendiri apakah ini adalah sesuatu yang benar untuk dilakukan atau apakah nilai maupun ideologi yang saya percayai ini memang pantas untuk diperjuangkan, dilihat aneh oleh orang sekitar hingga sendirian.
Sebab memilih menjadi berbeda berarti memilih jalan-jalan sepi yang tidak banyak atau tidak berani diambil oleh kebanyakan orang lain. Dan memang selalu ada harga yang mesti dibayar dari setiap pilihan yang dibuat. Termasuk menjadi beda.
Akan tetapi, ketika kita percaya dan terus memperjuangkan hal itu, suatu hari pasti akan ada hasilnya. Meski apa yang kita yakini dan perjuangkan itu hanya bisa menjangkau atau merubah atau menggerakkan satu orang lainnya.
Kembali lagi pada kisah Jonathan di mana ia yang akhirnya memutuskan tidak menyerah pada apa yang ia yakini, lalu keyakinannya itu membuahkan hasil yaitu Fletcher. Ia berhasil menggerakkan Fletcher, satu burung camar muda, yang kemudian berhasil membuat perubahan di koloni mereka. Koloni yang dulunya membuang Jonathan.
Ah, banyak sekali sebenarnya hal mendalam yang bisa direfleksikan dari alegori ini. Tetapi berani berbeda adalah salah satu nilai paling kuat dan membekas di saya. Kemudian, hal ini yang ingin saya bagikan padamu.
Saya tahu, mungkin saat ini masih banyak di antara kita yang terseret arus dan takut keluar dan menjadi beda. Itu hal yang wajar. Mungkin juga pada kesempatan-kesempatan yang sudah lewat, saya tidak berani memilih untuk berbeda.
Namun, setelah tahu apa harga atau konsekuensi yang diterima ketika menjadi beda, saya berharap, di masa depan saya dan kamu tak lagi takut untuk memilih jalan yang beda. Sunyi memang, tapi bukankah biasanya justru dalam kesunyian kita bisa lebih tenang dalam mengambil keputusan dan berpikir dengan jernih?
Atau mungkin saat ini ada di antara kita yang sedang memperjuangkan nilai berbeda dari lingkungan sekitarnya, semoga kamu kuat. Dan semoga kamu ingat, bahwa perjuangan yang kamu lakukan ini bukan hanya sekadar untukmu tetapi untuk satu orang lainnya yang bisa jadi nantinya dia lah yang berhasil melakukan perubahan.
Jika cerita ini telah sampai padamu berarti memang sudah takdirnya untuk tiba di dalam hidupmu. Tulisan ini juga adalah sebuah pengingat bagi diri saya di masa depan. Yang mungkin suatu hari, saya akan jatuh dan tidak tahu lagi harus bagaimana. Jadi, semoga cerita Jonathan ini bisa kembali menjadi pegangan buat saya untuk bangkit lagi dan berjuang lagi.