Oleh: Chitra Dewi
Konflik yang hadir menyapa kita karena ekspektasi yang kita ciptakan sendiri, karena mimpi-mimpi yang belum terwujud, ketidakmampuan kita dalan mengelola perbedaan, atau bahkan ketidakmampuan kita dalam beradaptasi. Sampai kapanpun, semua konflik akan selalu hadir dalam ruang kehidupan kita, karena secara alamiah.
Oleh: Isfawati
Karena adanya rasa ingin lebih baik dari orang lain (self interest), tidak bisa menerima perbedaan, respon orang lain terhadap kita yang tidak sesuai, prasangka (prejudice) buruk dan suka membandingkan seseorang dengan orang lain. Secara garis besar terjadinya konflik itu karena ketidakmampuan.
Oleh: Mudrikah
Sebelum kita jauh melangkah membahas Mengenai konflik, sebelumnya mari kita sedikit beRcerita mengenai kedamaian. Damai itu menurut saya priibadi adalah kondisi dimana kita bisa hidup dengan penuh rasa keadilan atas hak-hak kita yang terpenuhi, kebayangkan yah, kondisi saat ini dimana kita selalu merasa ini dan itu, namun ternyata kedamaian yang saya maksudkan ini adalah kedamaian yang mustahil untuk di penuhi sebab factor-faktor yang mempengaruhi.
Hidup yang Tidak Pernah Diperiksa Tidak Layak Diperjuangkan
Oleh: Dwi Rezki Fauziah
Saya mengutip perkataan perkataan Socrates sebagai judul dari tulisan ini, karena ya, itu salah satu quotes yang paling teringat. Hum, entah ingin mulai dari mana. Yang jelas, materi kemarin terasa sekali berat(?)-nya. Haha, bukan karena disuruh berhitung bilangan berpangkat, melainkan karena kita diajak berpikir secara mendalam.
Oleh: Siti Hardianti Darma Pertiwi
Pada tahun 2017 saya pernah melakukan perjalanan ke NTB sambil pengabdian. Suatu ketika di lokasi pengabdian, ada seorang warga lokal yang bertanya kepada saya, mengapa mau turun ke lapangan (kerja sosial yang turun ke masyarakat) dengan busana syar'i yg seperti ini ? Beliau bertanya begitu karena pahamnya orang-orang yg penampilannya seperti saya, jarang/tidak turun ke lapangan. Begitulah ceritanya saya pernah jadi korban stereotype.
Oleh: Mudrikah
Apa yang membedakan jiwa satu individu dengan individu lainnya? Materi kali ini dimulai dengan pertanyaan yang sepert ini, bagaiman kita bisa tau ini jiwanya si A dan ini jiwanya Saya. Sebelum menjawab pertanyaan tadi, perlu disadari bahwa jiwa itu terikat oleh raga,ibarat sebuah kendaraan raga menjadi kendaraannya sedangkan jiwa menjadi pengendaranya, karena jiwa terikat dengan raga maka salah satu cara untuk membedakan jiwa satu dan lainnya adalah melalui ciri penampkannya, hal pertama saat kelahiran jiwa di dalam raga adalah dengan diberinya ia sebuah nama yang menjadi penanda dirinya, selain itu jiwa ternyata bertumbuh dan berkembang seiring dengan pengalaman.
Cerpen: Bila Badi Mati, Itu Bukan Salah Kami
Oleh: Dwi Rezki Fauziah
Kami dibakar amarah. Tidak pernah sekalipun di kampung kami, terjadi pembunuhan sadis seperti itu. Kami selalu saling menghormati, menghargai, dan menyelesaikan masalah dengan kepala dingin, dengan damai. Tentulah Badi yang salah. Orang seperti dia memang tidak usah dibiarkan hidup.
Oleh: Chitra Dewi
Pasang ekspresi bingung, trus bergumam, untuk apa belajar perang? Sampai melontarkan pendapat, "Apapun alasannya perang tidak baik!” Hmm.. Perang dan Perdamaian memang 2 kata yang sering bergandengan yaa *eh. Di awal pertemuan, deskripsi perang secara universal sempat dibahas. Namun, setelah mengikuti keseluruhan, esensinya lebih sederhana.
Dialektika Perang dan Perdamaian Abadi
Oleh: Mudrikah
Kelas PLC kali ini akan menyinggung perihal peperangan dengan mnggunakan sudut pandang sederhana dalam memaknai sebuah kejaidaian besar yang membawa manusia berada pada titik terendah untuk kemudian menemukan mekanisme baru untuk mencegah pengulangan kejadian di masa lalu dan kemudian bangkit melebihi dari kapasitas yang dilalui sebelumnya. Sebelum berangkat ke penjalasan yang lain, mari kita sejenak berfikir, Perang Baik atau Burukkah?