Yogyakarta, kota pelajar yang selalu hidup dengan semangat muda, baru saja menjadi tuan rumah Townhall Muda—sebuah ruang dialog yang hangat, kritis, sekaligus penuh harapan. Forum ini digagas oleh Forum Inklusi Sosial bersama sembilan finalis muda Townhall Muda.id, termasuk KITA Bhinneka Tunggal Ika, AYS Indonesia, ASN Mengajar, Karsa Cita, Gerakan Suka Baca, Generasi Anti Kekerasan Indonesia, Women Foundation Indonesia, Perpustakaan Keliling Agape, dan Kakak Aman.
Kolaborasi ini terjalin karena keterlibatan perwakilan KITA Bhinneka sebagai salah satu finalis Townhall Muda 30. Sebuah perjalanan yang mempertemukan anak-anak muda dari berbagai komunitas dengan visi yang sama: mewujudkan kampus sebagai ruang aman, bebas dari kekerasan seksual.
✨ Bagi KITA Bhinneka, keterlibatan ini adalah wujud nyata dari prinsip kekitaan—bahwa perdamaian tidak bisa dibangun sendirian. Melalui peran sebagai finalis, KITA berkontribusi memperkuat jejaring, mendorong dialog lintas sektor, dan memastikan nilai-nilai keadilan, respek, serta anti kekerasan hadir dalam setiap rekomendasi yang dihasilkan.
Penandatanganan komitmen bersama yang diwakili : Satgas PPKS, Perakilan Dinas DP3AP2 DIY, Perwakilan BEM dan Komunitas
Yogyakarta dikenal sebagai rumah bagi ribuan mahasiswa dari berbagai penjuru negeri. Namun, di balik predikat “kota pelajar”, ada kenyataan yang tak bisa kita abaikan: kasus kekerasan seksual di kampus masih terus meningkat, meski pemerintah telah membentuk Satgas PPKS sejak 2021.
Di sinilah prinsip truth dan reflektif menjadi penting. Kita perlu berani menatap kenyataan pahit, lalu bertanya: apakah kampus benar-benar sudah aman untuk semua?
Dalam Townhall Muda, para peserta sepakat mendorong tiga hal utama:
Rencana tindak lanjut bersama Dinas P3AP2 DIY.
Rekomendasi kebijakan untuk memperkuat pencegahan dan penanganan kekerasan seksual.
Komitmen lintas sektor agar gerakan ini berkelanjutan.
Langkah-langkah ini lahir dari semangat keadilan dan anti kekerasan—bahwa setiap mahasiswa berhak belajar, tumbuh, dan bermimpi tanpa rasa takut.
Townhall ini bukan hanya forum formal. Rangkaiannya kaya dan inklusif: ada pameran praktik baik komunitas, pemutaran film dokumenter, seminar nasional, FGD multistakeholder, hingga penampilan puisi dan tarian tradisional. Seni, ilmu, dan aksi nyata bertemu dalam satu ruang.
Di sinilah cinta dan kekitaan terasa kuat—karena kita percaya perubahan tidak datang dari satu pihak saja, melainkan dari kerja bersama.
Pesan-pesan ini sejalan dengan prinsip respek dan kepercayaan: mendengar suara korban, mempercayai mereka, dan membangun ruang aman yang berpihak pada keberanian dan keadilan.
Townhall Muda Yogyakarta akhirnya menjadi pengingat bahwa kampus bukan sekadar bangunan tempat kuliah. Ia harus hadir sebagai ruang aman, tempat mimpi dan cita-cita tumbuh.
Di KITA Bhinneka, kami percaya bahwa perdamaian berawal dari keberanian untuk berkata tidak pada kekerasan, dan berkata ya pada cinta, keadilan, serta kekitaan. Karena mimpi tidak cukup hanya dibayangkan—ia perlu dihidupkan lewat aksi nyata.
Perubahan tidak berhenti di Yogyakarta. Setiap kita bisa berperan menciptakan ruang aman—baik di kampus, komunitas, maupun lingkungan kerja.
👉 Dukung gerakan kampus bebas kekerasan seksual.
👉 Ikut bersuara dan hadir di ruang-ruang dialog.
👉 Jadilah bagian dari ekosistem yang merawat perdamaian dan keberanian.
Karena #DamaiMulaiDariDiri, dan bersama-sama, kita bisa menjadikan pendidikan sebagai jalan menuju masa depan yang lebih adil, inklusif, dan penuh harapan.