Sembari memandangi langit kelabu lewat jendela kamarku, aku menengok beberapa peristiwa yang kuanggap kelam dalam hidupku. Sejak kecil, ibu selalu memperlakukan ku secara berlebihan, khawatir berlebihan, memarahi berlebihan dan kadang membuatku tidak nyaman. Kekhawatiran yang berlebihan itu membuat ku tidak bisa memilih sesuatu yang aku inginkan, sekalipun warna baju, ataupun model sepatu. Bukan karena aku tidak pandai memilih, namun karena ibu ku yang selalu khawatir aku salah memilih. Sikap ibu berlanjut seperti itu hingga usiaku menginjak dewasa. Berbagai penolakan silih berganti datang padaku, dan hanya satu orang yang melakukan itu, cuma ibu. Mulai dari organisasi yang aku ikuti bahkan dipuncak kepemimpinanku, aku harus merelakan jabatan dan keluar dari organisasi tersebut, hingga masalah percintaanku, ibu selalu menolak siapapun dengan alasan yang berbeda-beda. Sampai suatu saat aku marah pada keadaan, pada jalan hidup yang diberikan Tuhan padaku dan mulai berpikir bahwa hanya aku satu-satunya orang di dunia ini yang tidak bisa memilih sesuatu atau jika aku punya kesempatan memilih maka disaat itu pula aku mendapat penolakan.
Bertahun dalam ingatan ketidakterimaan terhadap takdir Tuhan membuatku menjalani peristiwa tragis yang tidak akan pernah kulupakan. Peristiwa itu membuatku menitikkan airmata, menguras tenaga dan emosi selama berbulan-bulan hingga membuat berat badanku menurun drastis. Namun karena peristiwa tersebut pula, Tuhan menakdirkan ku bertemu dengan seseorang yang membangunkan jiwa ku dari ketertiduran panjang mengabaikan pesan Tuhan.
Saat ini aku sadar bahwa segala kekhawatiran ibu yang dulunya membuatku tidak nyaman adalah anugrah terindah yang aku miliki, yang mungkin saja sangat diinginkan oleh oranglain. Agh, aku sungguh emosional, bahkan menuliskan anugrah terindah saja airmataku harus menetes!
Harusnya aku sadar, kekhawatiran dan penolakan ibu juga merupakan takdir Tuhan yang harus aku syukuri. Kekhawatiran dan penolakan yang terjadi harusnya membuat diriku lebih bisa menerima dan memahami bahwa tidak semua yang aku inginkan itulah yang diinginkan Tuhan terjadi. Karena sudah banyak cerita hidup diluar ekspektasi dan penolakan yang kulewati, harusnya aku juga lebih bisa beradaptasi positif dan punya kemampuan untuk tetap bertahan berada pada keadaan dan situasi yang kuhadapi suatu saat nanti, mungkin dalam dunia kerja ataupun kehidupan berumahtangga. Bukankah ini pesan baik Tuhan yang diberikan padaku lewat kekhawatiran dan penolakan ibu ku? Sepertinya iya!