Mimpi
Mimpi
Setiap orang akan selalu bertemu dengan bayangan sebuah mimpi
Sebelum kalian membaca tulisan ini, ku harap kalian menulis atau menggabarkan apa cita-cita kalian. Waktunya 10 menit yah…
25 Maret 2020 saya lagi kelas online, kelasnya membahas mengenai perspektif orang menilai sebuah mimpi. Kata pembawa materinya, orang mandang itu berdasarkan Golden Circle.
Jadi ada dua tipe orang memandangnya
What-How-Why
Dia memandang cita-cita dari apa. Apa mimpi saya? Misalnya mimpi saya jadi Guru, Kaya, Youtuber, dll. Terus bagaimana cara menggapainya? Dan pertanyaan terakhir Kenapa kamu mengambil cita-cita itu?
Pernah gak sih kalian berada pola ini? Terus, pertanyaan kenapa kamu mengambil cita-cita atau situasi ini? Dan pertanyaan ini yang paling susah ditemukan ataupun tidak menemukan jawabannya. Saya pernah ada disituasi seperti ini. Perasaan menyesal menghantui dikondisi ini.
Why-How-What
Dia memandang cita-cita sari kenapa. Kenapa saya ingin bermimpi? Mungkin, jawaban yang akan muncul adalah saya ingin anak-anak di TPA memiliki seragam yang layak. Kemudian, bagaimana cara melakukannya? Dan Pertanyaan terakhir Apa jalannya?
Kalian pernah tidak berada di pola ini? Sejujurnya saya belum pernah berada di posisi ini. Satu yang terlintas di pola ini, orang-orang yang memikirkan ini tidak menentukan jalan cita-citanya berdasarkan profesi. Sehingga, segala pertanyaan meraka akan berakhir dengan tidak adanya sebuah penyesalan.
Menurut kalian bagaimana?
Terkadang, mimpi itu membutuhkan bayangan tindakan yang jelas. Karena, untuk menjalankan misi membutuhkan arah yang jelas.
Jadi apa Vs Melakukan apa!?!
Hal ini kurang lebih sama dengan diatas. Jadi apa? Menghadirkan kita cenderung berpikir sebuah profesi yang baik namun belem tentu kita butuhkan. Sedangkan, melakukan apa itu cenderung memandang dari sudut pandang kebutuhkan diri kita.
Pertanyaan ini cenderung dipandang sama, namun memiliki makna yang jauh berbeda. Entah, mengapa setiap orang cenderung mempertanyaakn jadi apa?. Saya tidak mampu mencabangkan alasan-alasan orang. Namun, ketika saya merefleksikan mungkin karena sebuha apa akan terlihat besar dimata setiap manusia. Sedangkan melakukan apa? Terlihat sebuah rintangan atau hambatan yang harus dilewati.
#Jejak Mimpi Ku
Aku suka buku, itu karena dulu membaca adalah rintangan tersulit pertama di masa kecil. Berawal dari sulit mengenal huruf, mengeja kata, dan mengerti makna kalimat. Masih teringat jelas saat 3 SD aku baru mampu membaca sangat lincah. Semua jenis tulisan ingin ku baca seperti buku cerita, komik, majalah, dan koran. Buku adalah teman yang selalu ingin ku abadikan. Saat masuk ke perpustakaan, ku temukan cara untuk mengabadikan sebuah buku.
Saat SD kelas 6, guruku pernah bertanya kepada kami “Cita-cita kalian itu apa?”. Teman-teman ku menyebutkan beranekaragam profesi. Kala itu, aku menjawab “Ingin menjadi dosen komputer dan memiliki sekolah komputer”.
Hal ini membawaku sampai SMA, saat pendaftaran masuk perguruan tinggi aku memilih jurusan Teknik Informatika. Hal ini untuk mewujudkan cita-cita sejak SD. Namun, Tuhan tak mengizinkan seorang Aliza berada di lingkungan sekitar cita-cita ku.
Awalnya aku mogok sekolah alias tidak mau kuliah. Tapi, untuk apa? Ini bukan jalan seharusnya ku lalui, ketika tuhan memperlihatkan bahwa cita-cita ku bukan jalan terbaik ku.
Sekarang aku menjadi mahasiswa jurusan PGPAUD disalah satu PTN di Makassar. Mendaftar di jurusan ku adalah salah satu langkah nekat yang tak pernah ku sesali sampai saat ini. Meskipun jurusan ini tidak pernah ada di benak ku sama sekali.
Suatu saat ketika saya masuk dimata kuliah Psikologi Pendidikan, dosen saya berkata “permainan adalah langkah awal yang harus kita berikan kepada anak untuk menstimulasi segala aspek perkembangan anak”
Hal ini mengingatkan saya dengan Puzzle. Saya sangat menyukai permainan puzzle dan puzzle lah yang membawa saya menuju sebuah buku.
Hari itu ku putuskan mimpi saya adalah membantu anak-anak mencintai permainan agar bisa bersahabat dengan gudang ilmu.
Perjalanan menemukan mimpi saya saat ini memang membutuhkan waktu yang lama. Mungkin saya terlalu lama menyadari segala alasan di setiap pengalaman saya. Lama menyadari bukan, berarti terlambat bertindak. Jadi, teman-teman jangan takut ketika belum menemukan mimpi.