Ibu Agnes; Mamanya Jingga, Ghaura, Pusakata, Basheera, dan Bandura.

Di hari pertama Learn From Home, seorang sejawat memposting ulang sebuah postingan dari seorang bapak dari murid sekolah kami. Nampak tangan kanan memegang spidol sedang menulis di papan tulis yang telah dibagi menjadi tiga kolom. Judul postingannya “Istri Saya Istri Hebat”

Saat membaca kembali postingan tersebut, saya merasa senang sekali karena apresiasi dari seorang suami kepada istrinya tersebut terasa sangat manis. Pas. Dan tidak berlebihan.

Saya membuka akun instagram ibu muridku dan membaca tiap captionnya, dari captionnya saya tahu bahwa ia seorang yang senang memasak dan menanam. Ia seorang muallaf yang taat. Dan Ia mampu mengenyam bangku kuliah karena bantuan seorang pelanggan di rumah makan tempat ia bekerja dahulu yang memberinya uang untuk mendaftar ulang di kampus kuning yang menjadi almamaternya kini. Setelah hari itu, ia tak pernah lagi bertemu dengan bapak yang baik hatinya itu sekalipun ia sangat ingin mengucapkan terima kasih.

Profesi bapak muridku yang seorang penyanyi ulung membuat ia membuat caption di salah satu postingannya yang berisi ketidak-sukaannya pada kaum hawa yang kadang meminta foto dengan suaminya dengan jarak satu sama lain yang sangat dekat.

Hingga, tiba disatu postingan. Saya bersyukur membaca postingan tersebut. Ia menuliskan bahwa dalam Al-quran, skala prioritas bagi perempuan yang sudah menikah adalah memenuhi perannya sebagai Istri-Ibu-Pribadi-Masyarakat Sosial. Demi kebahagiaan, kenyamanan, dan hidup yang berkah, urutan tersebut dijalani dengan runut tertib, jangan diacak.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ ِلأَحَدٍ َلأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا

Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya.” 

Betapa tingginya hak suami atas seorang istri.”

Setelah mengunjungi akun Ibu Agnes, saya seperti bertemu dengan seorang guru yang mengajarkan apa yang kubutuhkan kelak

Tulisan ini saya buat sebagai bentuk respect saya kepada beliau. Tidak mudah menjadi istri seorang yang terkenal, tidak mudah menjadi seorang ibu dari tiga anak yang bersekolah, satu balita, dan satunya lagi masih berusia bayi, tidak mudah untuk tetap melakukan hobi ditengah banyaknya kemauan dan ego yang harus digenapi, dan tidak mudah untuk berbagi manfaat bagi yang lain saat ego sendiri belum tergenapi.

Kedua anak Ibu Agnes yang biasa kusapa di koridor sekolah sangat baik hatinya, kritis, dan cerdas. Saya senang melihat postingan Ibu Agnes yang berisi gambar ataupun kumpulan kata-kata cinta yang dibuat oleh anak-anaknya untuk beliau.

Saat berada di keramaian, saya tak jarang mengamati setiap manusia yang lalu lalang. Saya bertanya-tanya hal apa yang telah mereka lalui hingga mereka mampu berada di titik ini.

Dari caption ke caption, saya belajar dari Ibu Agnes banyak hal. Sekarang bolehkah saya belajar sesuatu darimu?