I was supposed to have a flight to Bali yesterday morning. Bukan karena work from home kemudian saya memanfaatkan moment ini untuk kabur. Memang sejak bulan lalu atasan memberikan cuti untuk merayakan Hari Raya Nyepi di kampung halaman 💞
But then came the Coronavirus 😫
Masker mana masker? Hand sanitizer langka? Makassar aman? Bali aman? Apakah bandara aman? Jangan-jangan saya carrier?! 😱
I couldn't control my thought or even my body at times. Oke ini lebay tapi ujung-ujungnya saya jatuh sakit dua hari sebelum flight. Tentu saja si panik ini pergi ke dokter. Penerbangan? I canceled it right away ⛔
Di tengah kepahitan menelan obat dari dokter, tiba-tiba terlintas sebuah frasa Hakuna Matata! Pertama kali saya dengar waktu PLC (Peace and Leadership Class) di @kitabhinneka. Frasa yang belakangan saya tahu berasal dari Bahasa Swalihi Afrika Timur ini berarti no worries, tidak khawatir. Sangat bertolak belakang dengan diri saya seminggu ini. I felt like there were just too many things weighing on my mind at once.
Hakuna Matata adalah acceptance terhadap sebuah kejadian, kemudian memberikan usaha yang terbaik tanpa melampaui batas. Sabar. Dunia sedang chaos dengan Coronavirus, saya ingin pulang, dan saya yang sedang sakit. Satu per satu saya mendefinisikan situasi ini dan menerima bahwa tidak masalah sekali lagi merayakan Nyepi di perantauan. Kemudian, mulai masak lagi, makan teratur, dan kembali sehat 💪
Masih ingin pulang? Tentu! Tapi bukan sekarang. Saya tidak bisa pastikan kapan, karena ini bukan saatnya memikirkan diri sendiri. Jadi gengs, #dirumahaja ya #mulaidarikitaajadulu. Semoga pandemi ini segera berakhir and life will be back on its track. - refleksi minggu pagi -