Bukan Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
oleh Maulina Sari

Itu yang kurasakan pada saat pertama kali mendaftar dan bergabung dengan Guardians of Peace #6. Pada awalnya, saya mendaftar kegiatan ini karena ingin mendapatkan teman-teman baru dan juga kegiatan tambahan karena merasa hidup yang mulai monoton hanya dengan rutinitas yang itu-itu saja. Di sisi lain, juga ada harapan ku ingin menambah nilai plus dengan menambah wawasan yang berkaitan dengan kegiatan Yayasan tempat aku bekerja pada saat itu: Lingkar Remaja. 

Ternyata langkah ini tepat, tentu saja bukan karena hanya kebetulan, tapi juga dampak yang kurasakan melalui refleksi, salah satunya. Kata yang paling sering kudengar di program ini.

Pada pertemuan-pertemuan ZOOM awal dilakukan, saya merasa kegiatan ini seperti kegiatan pada umumnya yang terdapat sesi penyampaian materi dan diskusi. Satu hal menarik yang saya ingat, ice breaking atau tepukannya yang ada-ada saja idenya. Satu hal lainnya juga yang berbeda, ada tugasnya (tidak banyak kok 😊). Waktu itu, teman-teman sekelompokku yang waktu itu juga mendaftar mulai mundur satu per satu, alasan waktu menjadi pemicunya. Katanya “terlalu lama programnya sepertinya aku tidak bisa”.

Awalnya, aku rutin mengikuti sesi karena penasaran, sampai mana nih ujungnya. Hingga pada akhirnya banyak materi yang berhubungan langsung dengan kehidupan pribadi yang direfleksikan bersama menjadi awal jatuh cintakuku pada program ini. Penyampaiannya yang sederhana dan menyenangkan, penyediaan ruang refleksi dan berbagi cerita suka maupun duka yang membuat aku dan teman-teman bisa menjadi diri masing-masing di ruang ini, mendapatkan teman dan support system yang saling mendukung dan menguatkan menjadi kombinasi apik membuat kelas ini kian menarik setiap harinya. Terlebih lagi teman-teman yang kupunya, semangat belajarnya tinggi sekali.

Saya masih ingat, salah satu sesi awal yang membuat saya takjub dengan program ini, tentang bagaimana konsep percaya terhadap tim yang dibungkus dengan konsep kerajaan yang serupa dengan film “Game of thrones”. “Wow, kok kepikiran buat begini ya,” pikirku yang waktu itu bergabung terlambat. Materinya menjadi mudah dipahami dan secara langsung dipraktikkan dalam bentuk permainan. Mulai dari situ aku menerka-nerka, surprise apa lagi pada kegiatan berikutnya. 

Satu persatu materi yang berbeda-beda dibahas, mulai dari nilai-nilai kepemimpinan, perdamaian, hingga masuk ke materi nilai-nilai personal dan bahkan merencanakan masa depan. Hampir semua materi itu punya ‘power’ masing-masing yang membantuku mengenal diri lebih baik. Setidaknya, sadar dengan nilai-nilai yang melekat pada diri ataupun menghargai nilai-nilai yang ada pada orang lain. Mungkin jika ditanya, satu per satu materinya, ada yang sudah terlupa.

Satu hal yang menjadi perubahan besar dalam hidupku adalah, merefleksikan setiap pelajaran, menghargai setiap perjalanan yang membentuk ku hari ini. 

Ini pelajaran besar yang aku peroleh dari semua sesi-sesi yang kami lewati. Terdapat pula materi-materi yang menampar atau menjadi pengingat kembali sejatinya kita manusia yang punya tanggung jawab di dunia. Salah satu materi favoritku adalah gerak jiwa, yang menjadi pengingat rutin untuk keseimbangan hidup. Ketika akal, perasaan, kebutuhan dasar dan qalbun harus dikontrol untuk mencapai kualitas hidup. Atau tentang ragam identitas yang membuat saya sadar, bahwa untuk setiap kekuatan yang kamu peroleh, ada Amanah Tuhan didalamnya, dan masih banyak lagi.

Terima kasih KITA Bhinneka, telah membantu proses refleksi ku dan membersamai proses pencarian diriku. Semoga Tuhan selalu berikan kekuatan untuk mu untuk bergerak lebih luas.

Act for Peace, Spread the Peace!