Surabaya, 18 Oktober 2025 — KITA Bhinneka Tunggal Ika bersama Pusat Studi dan Advokasi Kota (PUSDA KOTA) UBAYA menggelar kegiatan Education for Peace (EFP) Workshop bertajuk “Pola Pengasuhan dan Strategi Penanganan Kekerasan di Lingkungan Masyarakat” di Surabaya. Kegiatan ini menghadirkan 45 peserta yang merupakan para orang tua dari komunitas binaan PUSDA KOTA UBAYA.
Kegiatan ini juga melibatkan kolaborasi lintas komunitas, antara lain Generasi Anti Kekerasan, JJC Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, AYS Indonesia, serta jejaring Inklusi Sosial Townhall Muda 30 2025. Kolaborasi ini menjadi wujud nyata sinergi antarlembaga dan komunitas muda dalam memperkuat ekosistem masyarakat yang bebas dari kekerasan dan diskriminasi.
Workshop dibuka oleh Ibu Ririn Teguh Setyowati, A.Md, perwakilan dari PUSDA KOTA UBAYA, yang dalam sambutannya menyampaikan:
“Kegiatan pelatihan pola pengasuhan dan strategi penanganan kekerasan di lingkungan masyarakat ini sangat bermanfaat bagi kita, khususnya orang tua, dalam mendidik anak tanpa adanya kekerasan. Harapannya, dari sini ibu-ibu bisa membawa pulang pembelajaran ini dan membagikannya kepada komunitasnya di PKK, di lingkungan tetangga, maupun di RT/RW masing-masing.”
Kegiatan inti menghadirkan dua narasumber utama dengan pendekatan partisipatif dan reflektif:
Pola Pengasuhan Berbasis Disiplin Positif oleh Anna Mahsusoh, S.KM., M.Kes dari PLATO Indonesia.
Dalam sesi ini, Anna menjelaskan berbagai tipe pola pengasuhan, serta mengajak peserta untuk mengenali dan mengevaluasi pola yang mereka terapkan di rumah. Ia menekankan pentingnya disiplin positif yang menumbuhkan tanggung jawab, rasa percaya diri, dan kasih sayang tanpa kekerasan. Sesi diakhiri dengan refleksi pribadi tentang “anak impian” versi masing-masing peserta.
Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Sekitar oleh Inge Christanti, S.S., M.Hum. Rights.
Materi ini mengajak peserta untuk menganalisis berbagai kasus kekerasan di lingkungan masyarakat, sekaligus mengidentifikasi peran keluarga dan komunitas dalam mencegah serta menanganinya. Inge menekankan pentingnya kolaborasi antarwarga, tokoh masyarakat, dan lembaga lokal dalam membangun lingkungan yang aman dan damai bagi anak-anak.
Kegiatan ditutup dengan sesi refleksi bersama tim KITA Bhinneka, yang menegaskan bahwa perdamaian berawal dari rumah—dari cara orang tua berkomunikasi, memberi contoh, dan menghadirkan kasih dalam setiap interaksi dengan anak.
Salah satu peserta menyampaikan kesannya:
“Sebelumnya saya sangat yakin dengan pola pengasuhan yang saya terapkan. Tapi setelah berdiskusi di sini, pikiran saya menjadi lebih terbuka. Saya jadi tahu bahwa ada cara lain yang lebih baik dan lebih mendidik untuk membesarkan anak.”
Perwakilan KITA Bhinneka Tunggal Ika, Dian Novalita, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya bersama untuk memperkuat keluarga sebagai pondasi perdamaian.
“Jika di rumah ada kedamaian, maka masyarakat akan ikut damai. Orang tua memiliki peran strategis dalam menumbuhkan generasi yang penuh kasih, empati, dan bebas dari kekerasan.”
Kegiatan Education for Peace di Surabaya ini menjadi salah satu langkah konkret memperluas gerakan pendidikan perdamaian di berbagai lapisan masyarakat. Melalui sinergi lembaga, komunitas, dan keluarga, nilai-nilai damai terus diteguhkan sebagai fondasi kehidupan sosial yang inklusif dan berkeadilan.
Kontak Media:
KITA Bhinneka Tunggal Ika
Instagram: @kitabhinneka
Website: www.kitabhinnekatunggalika.org