Belajar bersama Guardians of Peace

Sejak dulu, saya tidak pernah mengikuti kegiatan organisasi di sekolah. Sekalipun pernah tergabung dalam ekstrakurikuler sekolah, tetapi tidak pernah terlibat menjadi pengurus, apalagi anggota OSIS. Setingkat pengurus kelas pun tidak pernah. Alasan kesehatan menjadikan kedua orang tua saya untuk membatasi kegiatan saya di luar sekolah. Selain les mata pelajaran dan kursus menari, kehidupan SD sampai SMA saya tidak banyak diwarnai oleh kehidupan sosial terutama berorganisasi. Saya merasa kehidupan sosial saya tidak terlalu banyak, teman pun bisa dihitung jari.

Tamat dari SMA, saya melanjutkan kuliah di Jakarta yang merupakan kali pertama saya merantau dan tinggal jauh dari keluarga dengan harapan besar bisa mendapatkan banyak peningkatan dalam kehidupan sosial saya. Di luar dugaan, selain menghadapi tantangan bersosialisasi dengan teman baru, saya juga menghadapi lingkungan sosial yang sangat beragam baik dari segi agama maupun budaya mengingat teman-teman di kampus berasal dari seluruh Indonesia. Bahkan, waktu itu saya adalah minoritas dengan latar belakang agama yang saya miliki. Beradaptasi dengan situasi yang baru memang tidak mudah, saya mulai belajar mengikuti kegiatan di luar kampus seperti UKM kesenian dan beberapa kepanitiaan.

Lulus dari kuliah, ternyata saya kembali merantau untuk bekerja di Kota Makassar. Dengan pengalaman empat tahun di Jakarta, saya cukup percaya diri untuk bisa beradaptasi di tempat yang baru. Tetapi saya baru sadar, saya tidak punya teman dekat selain teman-teman dari Bali. Hampir dua tahun di Kota Makassar, sebagian besar kehidupan saya adalah di kantor. Padahal, sewaktu kuliah saya mempunyai keinginan untuk mempunyai kegiatan di luar kantor seperti kegiatan relawan ataupun melanjutkan hobi menari dan menggambar.

Pada Januari 2020, saya dipertemukan dengan Guardians of Peace (GoP) Yayasan KITA Bhinneka Tunggal Ika yang merupakan tempat saya bertumbuh. GoP mengajarkan bahwa saya bisa berteman dengan siapa saja. Di sini, saya memiliki banyak teman. Satu pun dari anggota GoP tidak ada yang memiliki latar belakang yang sama dengan saya. Mereka bukan teman sekantor, juga bukan berasal dari Bali. Perbedaan daerah, agama, budaya. pendidikan, hobi bukan menjadikan jarak tapi menjadi tali penyambung untuk mendukung satu sama lain, hal yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.

Awalnya, ketika mendengar misi menyebarkan perdamaian, saya berpikir keras kontribusi apa yang bisa saya berikan. Di sini, saya belajar bahwa potensi apapun bisa dimanfaatkan untuk menyebarkan nilai perdamaian dan kontribusi sekecil apapun dapat berdampak positif bagi banyak orang. Banyak skill baru yang saya pelajari seperti berbicara di depan umum saat menjadi moderator, membawakan dongeng, dan menyebarkan informasi kegiatan melalui live Instagram. Saya juga pertama kali merasakan pentingnya peran seorang host, co-host, pembuat slide, dan lainnya yang mungkin tidak terlihat di depan layar. GoP juga memberikan kesempatan bagi saya untuk menyalurkan hal-hal yang saya suka, seperti desain dan gambar. Yang paling menarik adalah materi Peace and Leadership Class yang selalu bisa mengajarkan nilai-nilai perdamaian yang abstrak menjadi untuk mudah dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Terimakasih GoP.