Sewaktu SMA, sekitar tahun 2010, saya pernah terlibat dalam sebuah organisasi keagamaan luar sekolah. Beberapa kegiatannya membuat saya lebih berpikir kritis terhadap segala permasalahan yang terjadi di lingkungan rumah hingga pemerintahan. Namun tidak lama setelah keterlibatan saya di organisasi tersebut, keluarga saya mengetahui dan menolak. Saya pun memutuskan untuk tetap terlibat secara sembunyi-sembunyi hingga akhirnya saya ketahuan dan diminta untuk memilih tetap di organisasi tersebut atau bersama keluarga.
Saat itu saya merasakan kesedihan karena menganggap hal itu adalah pengalaman berat. Di satu sisi saya menyalahkan takdir Tuhan dan kemudian membandingkan takdir yang dimiliki oleh beberapa teman saya yang begitu bebas dan punya banyak waktu untuk berorganisasi tanpa takut ada penolakan dari keluarga sendiri.
Saya akan mencoba deskripsikan situasi yang telah terjadi beberapa tahun yang lalu dengan rumus :
E + R = O
*rumus ini pertamakali saya dapatkan saat menjadi peserta Peace and Leadership Class yang dibawakan oleh Therry Alghifary (KITA Bhinneka Tunggal Ika Foundation)
E = Event
R = Respon
O = Outcome
Event dapat dimaknai sebagai kejadian, peristiwa, pengalaman atau masalah yang terjadi dalam kehidupan, entah itu terjadi secara tiba-tiba atau tanpa sebab maupun karena adanya sebab. Penilaian terhadap event ini beragam tergantung pada individu yang mengalaminya. Dapat bernilai positif maupun negatif, namun idealnya tentu bernilai 0.
Pengalaman yang saya ceritakan diawal, saat itu saya nilai negatif karena bagi saya kegiatan dalam organisasi itu adalah kegiatan positif, sehingga adanya pertentangan dari keluarga itulah bernilai negatif.
Respon dapat dimaknai sebagai tanggapan, balasan atau segala sesuatu yang dilakukan terhadap event yang telah terjadi atau prediksi event yang akan terjadi. Sama seperti event, penilaian terhadap respon juga bernilai positif maupun negatif, namun idealnya bernilai ∞ (tak terhingga).
Pengalaman tersebut saat itu saya respon pula secara negatif. Saya menunjukkan sikap kecewa terhadap keluarga saya yang berujung pula pada komunikasi yang tidak baik.
Outcome dapat dimaknai sebagai akibat yang ditunjukkan dari event dan respon yang terjadi. Semakin negatif kita menilai suatu event, maka harus semakin positif respon yang diberikan untuk mencapai outcome yang bernilai positif.
Karena dari pengalaman tersebut, event dan respon saya nilai negatif, maka outcome yang saya dapatkan juga negatif. Keluarga saya menjadi tidak respek dengan saya, cenderung memberikan stereotype kepada saya sebagai orang yang keras kepala dan egois.
Ideal ?
Lantas apa dan bagaimana kondisi ideal yang seharusnya terjadi jika ingin mendapatkan outcome positif?
Outcome positif idealnya dibangun dengan event dan respon yang bernilai positif.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, nilai ideal sebuah event adalah 0. Maknanya segala sesuatu yang telah terjadi idealnya harus diterima dengan ikhlas, entah itu baik maupun buruk. Memberi nilai 0 tidak hanya bermaksud ikhlas, tetapi juga bermakna tidak memberi nilai negatif maupun positif. Pengalaman yang dianggap buruk, negatif ataupun tidak pantas seringkali diberi nilai negatif, maka untuk mengubahnya menjadi angka 0 diperlukan rasa ikhlas, penerimaan dan kesadaran diri bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita adalah kehendak Tuhan yang mana tersirat sebuah pesan baik agar senantiasa mendekatkan diri kita kepadaNya. Begitupun dengan pengalaman yang dianggap sangat membahagiakan seringkali diberi nilai positif, maka untuk mengubahnya menjadi angka 0 tetap diperlukan rasa ikhlas yang dibarengi dengan rasa syukur agar tidak membuat kita lalai dengan kenikmatan yang diberikan olehNya.
Nilai ideal sebuah respon adalah tak terhingga. Maknanya, segala sesuatu yang dilakukan akibat adanya event, idealnya ditanggapi dengan penuh kesabaran. Kesabaran itu tak terhingga, tidak ada batasan, dan hanya seseorang yang berjiwa besar yang dapat memaafkan segala sesuatu yang telah menimpa dirinya yang mampu melakukan kesabaran tiada batas ini. Selain memaafkan, cerminan sabar juga adalah melakukan yang terbaik saat ini, detik ini dengan tidak melampaui batasan ataupun aturan hukum yang berlaku.
Setelah mendapat bayangan ideal sebuah event dan respon, yaitu dengan ikhlas menerima semua keadaan yang terjadi dalam hidup kita dan dilampaui segala permasalahan dengan penuh kesabaran maka kita dapat memprediksikan pula outcome yang akan hadir, percayalah insyaAllah akan bernilai positif.
HAKUNA MATATA
Hakuna matata berasal dari bahasa swahili yang berarti “jangan khawatir”. Sangat mudah ucapkan bukan? Jangan khawatir. Jangan khawatir pada setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, atas semua pengalaman yang terekam dalam memori kita, percayalah semua ada hikmah yang dititipkan Allah, Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pembelajaran bagi kita yang mampu memikirkannya. Hakuna Matata!