Kepercayaan

Di tahun terakhir SMA, saya berkesempatan mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi jalur bebas tes  dengan melihat nilai rapor SMA, dan kemudian dinyatakan lulus. Sembari menunggu jadwal perkuliahan, saya berlibur ke kampung halaman, rumah om saya.

 


Beberapa hari kemudian, ibu saya merasakan nyeri dan konsultasi ke dokter praktek. Bagi keluarga saya, dokter ini sudah seperti keluarga. Sejak saya kecil hingga tamat SMA, kami selalu konsultasi dengan beliau. Setelah membicarakan keluhan dan solusi antara dokter dan ibu saya, sang dokter menanyakan sekolah saya. Dengan penuh percaya diri, ibu saya memberitahukan jurusan yang saya lulusi tanpa tes. Seketika raut wajah sang dokter berubah, nampaknya tidak begitu menyukai jurusan yang saya ambil. Dan dokter pun menyarankan jurusan yang lebih baik, menurutnya.

 


Sesampainya di rumah, sepulang dari klinik, ibu saya menelpon dan menceritakan pendapat sang dokter tentang jurusan yang saya ambil. Karena kepercayaan yang penuh ibu kepada sang dokter,  saya diminta pulang ke kota keesokan harinya untuk melakukan pendaftaran seleksi masuk tes tertulis dihari terakhir pendaftaran.

 


Apa yang membuat ibu saya begitu percaya dengan sang dokter?

 


Building Trust !

 

Membangun kepercayaan seperti yang dilakukan oleh dokter tersebut tidaklah seperti membangun 99 candi dalam waktu semalam. Membangun kepercayaan (trust, T) justru membutuhkan waktu yang cukup lama dan dipengaruhi oleh empat faktor :

 


T = C + I + i – SI


*dalam matematika, untuk membuat nilai T besar, maka diperlukan nilai C, I dan i juga yang besar, namun sebaliknya nilai SI yang kecil (idealnya 0).


 

Competency (C)

Saya percaya, pasien yang merasa dirinya tidak sehat lalu datang kembali ke dokter yang pernah menanganinya tempo hari adalah pasien yang yakin jika dokternya berkompeten. Kompetensi yang dimiliki sang dokter tercermin dari caranya menangani ibu saya dan memberikan terapi yang tepat.

 


Integrity (I)

Salah satu sikap dokter yang mencerminkan integritas yang tinggi yaitu sang dokter selalu tepat waktu hadir di klinik sesuai jadwal pemeriksaan.

 


Intimacy (i)

Sejak awal saling mengenal, sang dokter membangun hubungan komunikasi yang baik. Menanyakan tentang alamat, pekerjaan, anggota keluarga saya sehingga terjalin kedekatan. Terbukti saat sang dokter menanyakan dan memberikan saran tentang jurusan yang saya ambil di perguruan tinggi, yang membuat ibu dan bapak saya merasa ada kedekatan dan kepedulian dari sang dokter.

 


Self Interest (SI)

Salah satu cerminan dari self interest adalah hanya mementingkan diri sendiri. Saya berpikir, sang dokter tidak hanya mementingkan dirinya sendiri, tetapi juga oranglain termasuk saya dan keluarga saya. Beliau menyarankan jurusan yang terbaik menurut beliau sebagai bentuk kepeduliannya.

 


Keempat faktor inilah yang menjadikan sang dokter mendapat kepercayaan penuh dari orangtua saya, bahkan sampai meminta saya untuk  melakukan pendaftaran lagi. Karena memikirkan kejadian beberapa tahun lalu dan materi Building Trust yang saya dapatkan dari Peace and Leadership Class, saya jadi membayangkan betapa kuatnya pengaruh dari sebuah kepercayaan. Begitu kuatnya, maka jika seseorang memberikanmu kepercayaan, jagalah, karena terkadang kepercayaan yang hilang akan sulit dibangun kembali.