Meredam Self Interest

Pekan kemarin kembali lagi dengan aktivitas yg menjadi salah satu hal paling ditunggu setiap pekan, Peace Leadership Class Akademi @kitabhinneka . Mengapa? Karena ada banyak hal baru yg dipelajari, yg dimaknai, dan ada banyak kepala yang memiliki pengalaman masing-masing yg siap dibagi.

Self interest adalah salah satu komponen pada rumus TRUST. Yah, kepercayaan. Ada banyak hal yang membuat kita bisa percaya sama seseorang, yaitu dia memiliki kemampuan/kompetensi (C), memiliki perkataan yang sejalan dengan perbuatan (Integritas/I), memiliki kedekatan/intimacy (i) dengan kita dan tidak memiliki self interest (SI) ketika berinteraksi dengan kita. Terkesan sederhana, namun akan sulit menerapkannya.

Ada yang berbeda nggak dari rumus itu?. Yah, self interest karena hanya dirinya yang dikurangi. Mengapa? SI akan mengurangi kadar kepercayaan kita terhadap seseorang. Tidak utuh, makanya harus bernilai 0. Kalau bahasanya kakak fasilitator KITA @therryalghifary , "SI akan menghabisi semua komponen yang ada didepannya" dan seketika, kepercayaan org2 terhadap kita hilang begitu saja meskipun kita pintar, jujur, bahkan sekalipun kita saudara. ⁣

Jika disederhanakan lagi, semakin kecil nilai self interest, semakin kita tulus/ikhlas dalam berperilaku. Bagaimana sih mengukur self interest itu? Self interest itu dirasakan. Sebagai orang yang memiliki hati, kita akan mudah menilai apakah orang itu betul-betul tulus dalam berbuat. Lebih kompleks lagi, SI itu sesederhana mengharapkan kata "terimakasih" atau hanya sekedar mengharap balasan senyuman. Jadi, jangan pernah terpaku pada respon org lain ketika kita telah menolongnya. Karena sumber trust itu dari Allah. Allah memasukkan rasa percaya di hati orang2 disekililing kita sebagai wujud cintaNya kepada hambaNya yang senantiasa tulus dalam berbuat.

Saya jadi teringat kisah Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam yang memberi makan setiap pagi kepada seorang pengemis yahudi buta di ujung pasar. Namun, pengemis ini selalu menghina dan menjelek-jelekkan beliau. Tapi Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam tetap menyuapinya tanpa memberitahukan bahwa dialah orang yang selama ini dihinanya. Pengemis ini baru tersadar setelah beliau shallallahu'alaihi wasallam meninggal.

Terkait dengan kepemimpinan, materi ini dimulai dengan pertanyaan "apasih yang membuat orang menjadi pemimpin?" Saya rasa kalian sudah mampu menarik kesimpulannya.

Awal menulis tulisan ini, saya berpikir, jangan2 saya hadir di PLC karena ada self interestnya. Tapi setelah melihat kembali catatan kemarin, ternyata self interest tidak sama dengan need. Saya butuh belajar. Saya butuh sumur utk mengambil air agar saya bisa membagikannya ke rumah2 di desa saya. Saya menulis karena saya sadar, kita tidak akan pernah tahu dititik mana seseorang dapat menjadi baik, siapa tahu dititik setelah mereka membaca tulisan kita.