Sebagai tindak lanjut atas bergabungnya saya dan kawan-kawan yang lain dalam GOP (Guardian Of Peace) adalah mengikuti rangkaian kegiatan baru yang bernama Peace Leadership Class. Dari namanya kita sudah tau bahwa kegiatan ini bertujuan untuk membentuk jiwa kepemimpinan yang dibarengi dengan meningkatkan sikap humanis dari seseorang.
Materi pertama berkisah tentang Jonathan, seorang burung camar yang terasingkan dan dikucilkan oleh kelompoknya sendiri karena dia berbeda dan tidak mengikuti arus seperti layaknya burung camar pada umumnya. Materi ini dibawakan oleh Kak Therry selaku pimpinan dari Kita Bhineka Foundation. Penyampaian materi ini menggunakan metode story telling yang sesuai dengan kisah pemataforaan seekor Jonathan si burung camar.
Pertama mengikuti materi saya sejujurnya kurang ngeh karena saya mempertanyakan mengapa menggunakan kisah alegori dari seekor burung camar yang bernama Jonathan ini, apa yang special dari seekor burung camar? Tanya saya dalam hati. Maka mulailah Kak Therry merunut kisah hidup Jonathan dari awal sampai akhir.
Jonathan adalah satu dari sekian banyak burung camar di koloninya, tampilan fisik mereka semua sma, namun Jonathan punya keistimewaan sendiri dibanding yang lain. Ketika burung camar yang lain sibuk menggunakan seluruh waktunya untuk mencari makan, mencari pasangan, dan beristirahat, Jonathan malah sibuk untuk melatih kemampuan terbangnya.
Jonathan yang tidak mengikuti siklus kehidupan burung camar pada umumnya kemudian menjadi objek cemooh di koloninya hanya karena satu alasan, “Jonathan berbeda”. Dia berbeda karena kecintaanya pada dunia terbang melebihi burung-burung camar lainnya. Para tetua kelompok sampai orang tua Jonathan menginginkan agar Jonathan dapat menyesuaikan diri dengan system dan kebiasaan di koloni tersebut.
Pertentangan batin yang dirasakan Jonathan cukup hebat, menjadi apa yang dia mau atau menjadi apa yang kelompoknya suka. Pada awalnya Jonathan mencoba menyesuaikan menjadi pribadi yang kelompoknya tuntutkan padanya, namun pada akhirnya, Jonathan tau bahwa hal itu tidak benar karena menyalahi hati kecilnya. Maka dengan pertimbangan yang panjang, Jonathan mengambil konsukuensi diusir oleh kelompok bahkan keluarganya asal dia bisa menjadi dirinya sendiri.
Diusirnya Jonathan dari kawanan kelompoknya menjadi ujian terberat dalam hidupnya. Berada dalam masa krusial tersebut seringkali membuat dia terlibat pertentangan di dalam dirinya. Dia seringkali merenungi, apakah sebesar dan seberat ini harga yang harus dibayar untuk menjadi dirinya sendiri?. Saat itu , Jonathan yang mencintai terbang harus belajar juga untuk menerima kata penolakan.
Setelahnya , Jonathan bergabung dengan koloni burung camar baru dan bertemu dengan Guru Ching, seorang tetua yang suka memberi petuah bijak di koloni tersebut. Guru Ching memberikan pelajaran hidup yang berharga kepada Jonathan. Beliau berpesan bahwasanya, yang lebih cepat dari kecepatan terbang adalah kecepatan cahaya, lalu yang paling cepat dari kecepatan cahaya adalah kecepatan berpikir, dan lagi yang paling cepat dari kecepatan berpikir adalah kesempurnaan cinta.
Kesempurnaan cinta inilah yang membuat Jonathan untuk ingin kembali ke koloni lamanya walaupun di dalam koloni barunya tersebut dia telah mendapatkan segala sesuatu yang dia inginkan dulu. Atas kesempurnaan cinta pula membuat Jonathan melupakan tendensi masa lalu atas penolakan penolakan yang diterimanya dan kembali ke kampung halamannya untuk memberdayakan burung-burung camar yang lain dengan ilmu terbang yang telah dia dapatkan secara susah payah.
Dari kisah Jonathan ini, banyak nilai yang dapat saya petik. Selama proses kak Therry menceritakan kisah ini, adakalanya saya merasa kenapa burung camar ini bisa mirip sekali dengan saya? . seringkali kita, khususnya saya, mengalami penolakan-penolakan, baik dari lingkup terkecil seperti keluarga, hingga lingkup terbesar seperti masyarakat dengan norma-norma mereka pada umumnya. Kita seringkali merasa berbeda, tapi ada yang menutup diri, adapula yang membukanya tapi dengan konsekuensi yang sama dengan yang Jonathan rasakan, yaitu “Penolakan”. Hingga banyak dari kita menggunakan topeng untuk mengelabui orang kebanyakan hanya supaya kita diterima dan tidak tertolak. Saya, ingin sekali menjadi Jonathan yang berani menjadi dirinya sendiri, dan saya ingin sampai kepada tahap kesempurnaan cinta agar saya lebih mudah memaafkan penolakan-penolakan yang saya terima dan dapat menyebar cinta kasih kepada sesama.